Beberapa teori tentang
perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang
dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak
dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi
dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan
emosional mengarnbil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi
yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Manusia tumbuh dan berkembang di
dalam lingkungan. Lingkungan itu dapat dibedakan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap
pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosiopsikologis. Manusia
sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi
pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial,
bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil
maupun kelompok masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali
sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola
aktivitas sosial anak mulai terbentuk. Menurut Piaget interaksi sosial anak pada
tahun pertama sangat terbatas, terutama hanya dengan ibunya. Perilaku sosial anak
tersebut berpusat pada akunya atau egocentric dan hampir keseluruhan perilakunya
berpusat pada dirinya.
Bayi banyak memperhatikan lingkungannya, dengan demikian
apabila kebutuhan dirinya telah terpenuhi, bayi itu tidak peduli lagi terhadap
lingkungannya, sisa waktu hidup digunakan untuk tidur. Pada tahun kedua anak
sudah belajar kata "tidak" dan sudah mulai belajar “menolak"
lingkungan, seperti mengatkan "tidak mau ini", “tidak mau itu",
"tidak pergi" dan semacamnya. Anak telah mulai merekasi lingkungan
secara aktif, ia telah belajar membedakan dirinya dari pada orang lain, perilaku
emosionalnya telah mulai berkembang dan lebih berperan. Perkenalan dan pergaulan
dengan manusia lain segera menjadi semakin luas; ia mengenal kedua orang tuanya,
anggota keluarganya, teman bermain sebaya, dan teman-teman sekolahnya. Pada umur-umur
selanjutnya, sejak anak mulai belajar di sekolah, mereka mulai belajar
mengembangkan interaksi sosial dengan belajar menerirna pandangan kelompok
(masyarakat), memahami tanggung jawab dan berbagi pengertian dengan orang lain.
Menginjak masa remaja interaksi dan pengenalan atau pergaulan dengan teman
sebaya terutama lawan jenis, menjadi semakin penting. Pada akhirnya pergaulan sesama
manusia menjadi suatu kebutuhan.
Kebutuhan bergaul dan berhubungan
dengan orang lain ini telah mulai dirasakan sejak anak berumur enam bulan di saat
anak itu telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.
Anak mulai mengenal dan mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial yang 1ain,
seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Akhirnya setiap
orang menyadari bahwa manusia itu saling membutuhkan. Dari uraian itu dapat dimengerti
bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan saling membutuhkan. Hubungan
sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan
yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia rnenjadi
semakin kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan
rernaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk memenuhi kebutuhan bersama dan/atau kebutuhan
orang lain. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan
hidup manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar